E satu.com (Cirebon) - Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Cirebon tergolong tertinggal dibanding daerah sekitarnya dalam membantu percepatan penyembuhan pasien Covid-19 melalui donor plasma darah konvalesen.
Ketua Komisi III DPRD Kota Cirebon, dr Tresnawaty SpB
mengemukakan hal tersebut dalam rapat kerja (raker) dengan PMI Kota Cirebon dan
Badan Keuangan Daerah (BKD), Rabu (24/2).
Namun Tresnawaty mengapresiasi keinginan PMI Kota Cirebon
untuk memiliki alat donor plasma konvalesen. Makanya, Tresnawaty menyarankan
PMI untuk mengajukan permohonan pengadaan alat itu kepada Pemkot Cirebon.
“Ada beberapa alat yang wajib dimiliki untuk bisa melakukan
donor plasma konvalesen, yaitu freezer (alat pendingin), thawing (alat
pencair), dan hematology analyzer. PMI belum punya alat ini,” kata Tresnawaty,
di ruang rapat gedung DPRD.
Menurut Tresnawaty, Kota Cirebon membutuhkan alat-alat
tersebut untuk membantu penanganan kasus Covid-19. Di sejumlah daerah, strategi
penanganan tersebut sudah diterapkan.
“Meski terapi plasma darah konvalesen ini masih tahap uji
klinis. Tapi, secara empiris banyak kasus (pasien positif Covid-19) yang
tertolong. Karena untuk mendapatkan fresh frozen plasma (FFP) darah untuk
terapi plasma konvalesen idealnya dengan alat itu,” kata Tresnawaty.
“Kita juga sarankan PMI untuk mengajukan pengadaan alat-alat
ini melalui proposal permohonan ke pemkot, tembusannya ke DPRD juga. Nanti kami
rapatkan dan upayakan untuk fasilitasi dengan pemkot,” kata Tresnawaty
menambahkan.
Senada disampaikan Sekretaris Komisi III DPRD Kota Cirebon,
Andi Riyanto Lie SE. Andi mendorong agar pemkot menindaklanjuti keinginan PMI.
“Pemkot harus bergerak cepat. Keputusan-keputusan itu pasti berisiko, tapi ini
(terapi plasma konvalesen, red) sudah ada bukti empiris,” kata Andi.
Sementara itu, Ketua PMI Kota Cirebon, dr HM Edial Sanif
SpJP FIHA mengatakan, saat ini PMI hanya memiliki plasmaferisis alat
pengambilan plasma darah dan pengembalian darah ke dalam peredaran darah.
Edial berharap PMI bisa memiliki tiga alat lainnya, yakni
freezer, thawing, dan hematology analyzer untuk bisa melakukan donor plasma
darah.
“Kalau dihitung kebutuhannya sekitar Rp2 miliar untuk tiga
alat itu. Saat ini kita bekerja sama dengan laboratorium lain untuk bisa
melakukan donor plasma. Karena kita sendiri tidak ada alatnya,” kata Edial.
Edial mengatakan, secara sumber daya manusia (SDM, PMI Kota Cirebon mumpuni untuk bisa melakukan donor plasma konvalesen. Edial juga mengaku telah menyosialisasikan agar penyintas Covid-19 akrif mendonorkan plasma darahnya.
“Donor plasma darah itu hanya bisa dilakukan oleh penyintas
Covid-19. Syaratnya 14 hari setelah dinyatakan negatif. Kalau lebih dari 14
hari juga bisa asal swab lagi untuk memastikan negatif tidaknya,” jelas Edial.
Sementara itu, Kepala BKD Kota Cirebon, Mohammad Arif
Kurniawan ST mengaku belum bisa memastikan realisasi pengadaan alat untuk donor
plasma tersebut pada tahun ini. “Kalau soal anggaran saya belum bisa bicara sekarang.
Situasinya saat ini sangat prihatin,” kata Arif. ( Fery)
Post A Comment:
0 comments: