E satu.com ( Cirebon ) - Peringatan hari Toleransi International yang jatuh pada tanggal 16 November sesuai ketetapan PBB dilaksanakan di kota Cirebon yang di hadirin oleh semua pimpinan antar Agama dari berbagai etnis serta suku diindonesia yang dilaksanakan di Gedung negara Jl.Siliwangi Kota Cirebon ( 02 Desemebr 2021)
Cirebon menjadi salah satu kota dengan tingkat toleransi keagamaan yang tinggi. Hal tersebut terbukti dengan tidak adanya konflik antar umat beragama.dan dalam sejarah Cirebon banyak membuktikan bahwa toleransi sudah ada sejak ratusan tahun yng lalu
Acara yang dimeriahkan dengan penamilan tari topeng dan tari bali semakain memeriahkan acara tersebut
Panglima Macan Ali Nuswantara, Prabu Diaz mengingatkan bahwa Negara Kesauan Repilublik Indonesia (NKRI) kaya akan suku, etnis, agama dan budaya.
“Negara kita berpegang teguh Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Jangan mau diprovokasi, dipecah belah oleh isu yang tidak baik”, ucap Prabu Diaz.
GM Generasi muda Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawiran
(FKPPI), Dani Djaelani mengungkapkan toleransi merupakan suatu bentuk
penghormatan dan penghargaan terhadap berbagai keragaman budaya dunia yang
kaya, serta bentuk ekspresi yang dimiliki oleh manusia, dan bagaimana cara
menjadi manusia.
Pria yang juga Ketua Paguyuban Urang Sunda di Cirebon
(Payung Suci) menjelaskan, acara ini memiliki makna bahwa toleransi harus
dimiliki generasi muda.
“Karena sudah diteladani oleh para pendiri bangsa Indonesia
dengan terlahir dari kebudayaan yang sangat kuat, kekayaan Indonesia dengan
keragaman agama, suku bangsa, bahasa, sebagai pulau namun persatuan dan
kesatuan ini adalah toleransi”, jelasnya saat dikonfirmasi usai kegiatan, Kamis
(02/11/2021) malam.
Dikatakannya, Tidak hanya toleransi agama, toleransi sosial
dan budaya ini salah satu makna dari memperingati toleransi internasional.
Ia berharap, dengan animo publik terhadap acara itu sangat tinggi, meskipun hujan, acara tetap jalan mengikuti situasi dan kondisi.
“Masyarakat yang datang berterimakasih bahwa toleransi
ditumbuh kembangkan dan menginginkan toleransi ini tetap kita jaga bersama.
Kita hilangkan provokasi yang mendeskriditkan agama masing-masing”, tambahnya.
Untuk generasi milenial, Dani memaparkan, media sosial
(medsos) adalah suatu kebutuhan namun harus disaring dan tentunya dengan
toleransi kebudayaan itu.
“Saya berpesan untuk generasi milenial walaupun media sosial
(medsos) adalah suatu kebutuhan namun toleransi kebudayaan harus dihidupkan
dengan mengkreasikan kembali cerita rakyat (bawang merah dan bawang putih,
Malin Kundang , dan lain-lain) agar lebih hidup bisa digambar dalam bentuk
ilusator agar lebih menarik”, pungkasnya.(Pgh)
Post A Comment:
0 comments: