E satu.com  -
Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) IAIN Syekh Nurjati Cirebon telah mengadakan Dialog Santri Internasional yang bertempat di Auditorium FITK Lantai 5 IAIN Syekh Nurjati Cirebon pada 29-30 Oktober. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional tahun 2022.

Abdul Hamid selaku Ketua Pelaksana Dialog Santri Internasional menyatakan, diadakannya kegiatan dialog santri ini merupakan suatu kegiatan untuk mengupgrade keilmuan para santri yang mana problematika Muslim yang dihadapi pada zaman sekarang banyak yang harus diselesaikan dan perlu adanya peran santri dalam menyelesaikan problematika tersebut.

Di negeri mayoritas muslim ini wajar jika santri menjadi harapan besar untuk menyelesaikan problematika bangsa. Dalam perjalanannya, pesantren memang telah menorehkan kontribusinya dalam perkembangan Islam di negeri ini.

Pesantren menjadi harapan untuk menempa generasi menjadi pribadi yang kokoh dalam keimanan, menguasai berbagai ilmu, berlimpah amal ibadah, serta semangat bergelora dalam memperjuangkan agama Allah SWT.

Dari awal pertumbuhannya, peran utama pesantren adalah membina santri supaya menguasai tsaqafah Islam (tafaqquh fiddin) dan mencetaknya menjadi kader-kader ulama, serta turut berperan mencerdaskan masyarakat Indonesia, berdakwah menyebarkan Islam, serta menjadi benteng pertahanan umat dari ancaman bahaya dan berbagai penyesatan.

Langkah perjuangannya penuh keikhlasan semata untuk meninggikan kalimat Allah SWT, mencerdaskan umat dengan pemahaman yang benar, dan mengajak mereka tunduk patuh pada syariat-Nya.

Pesantren bukan hanya menempa generasi yang saleh saja, melainkan turut pula melahirkan generasi yang peduli masa depan umat dan agamanya, generasi yang siap melanjutkan perjuangan para pendahulunya. 

Hanya saja, seiring menguatnya cengkeraman kapitalisme sekularisme dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan, terlihat adanya upaya untuk menggeser peran dan fungsi pesantren sebagai institusi pencetak pewaris para nabi.

Keberadaan pesantren yang sebelumnya fokus melahirkan para ulama yang tafaquh fiddin, sekarang dibebani tanggungjawab dalam memajukan ekonomi umat, bahkan digadang-gadang bisa berkontribusi dalam pengentasan kemiskinan masyarakat.

Dahulu, pekerjaan dan urusan uang tidak menjadi masalah bagi lulusan pesantren. Motivasi para santri dalam belajar bukan untuk mengejar jabatan keduniaan, melainkan demi memenuhi kewajiban menuntut ilmu. 

Namun, dengan telah terbitnya UU pesantren terjadi pergeseran orientasi dan fokus perhatian. Awalnya, energi dan potensi santri dikerahkan untuk menimba ilmu agama, sekarang bukan mustahil para santri lebih terkuras kualitasnya untuk urusan keuangan yang berujung penurunan kualitas lulusan pesantren.

Ketika pun ada bantuan dana dari pihak luar dalam sistem sekuler kapitalisme saat ini (seperti kucuran anggaran dari pemerintah dan perusahaan), hal itu akan membuat pesantren kehilangan kemandirian dalam menapaki langkah perjuangannya.

Kalau kita amati, adanya permasalahan bangsa ini, juga persoalan umat Islam di seluruh dunia adalah berakar dari penjajahan Barat. Maka, arah perjuangan umat Islam sudah semestinya bertumpu pada akarnya, yakni melenyapkan hegemoni negara penjajah dan ideologi kapitalismenya.

Problematika utama (al-qadhiyah al-mashiriyah) umat Islam saat ini adalah menegakkan kembali kepemimpinan Islam untuk menerapkan hukum syariah secara kafah. 

Para santri adalah calon ulama pewaris Nabi yang hanif dan faqih fiddin. Mereka adalah aset umat yang akan menolong agama Allah, dan menjaga kemurnian syariat Islam dari pemikiran sesat musuh Islam. Umat membutuhkan regenerasi, yaitu para calon ulama dari generasi muda yang akan melanjutkan estafet perjuangan.

Maka, semua itu juga harus disertai perjuangan dari seluruh masyarakat untuk berjuang dalam penerapan Islam kafah. Karena, hanya dengan itulah umat Islam akan mampu melakukan perubahan hakiki.
Wallahu a'lam bishshawab.
Oleh : Tawati (Aktivis Muslimah dan Revowriter Majalengka)
Baca Juga

Post A Comment:

0 comments:

Back To Top