Hingga saat ini, Palestina masih menjadi korban kekejaman genosida yang dilakukan oleh penjajah Zionis Israel. Sasaran serangan mereka kini bukan hanya tokoh-tokoh penting Palestina, melainkan juga bayi-bayi yang tidak bersalah. Satu-satunya alasan: mereka adalah anak-anak Muslim keturunan Palestina. Selain kekerasan fisik, Israel juga menggunakan kelaparan sebagai senjata perlahan namun mematikan bagi rakyat Palestina. Lebih menyayat hati, serangan brutal ini terus berlangsung bahkan di hari-hari suci umat Islam, seperti Idul Adha.

Pada Jumat, 6 Juni 2025, yang bertepatan dengan hari pertama Idul Adha, sebanyak 33 warga Palestina gugur akibat serangan udara dan tembakan dari militer Israel yang menyasar berbagai wilayah. Di hari kedua Idul Adha, jumlah korban bertambah 17 jiwa, terutama dari daerah Khan Younis dan Rafah. Ini menjadi tahun keempat warga Palestina menjalani hari raya di tengah derita genosida yang tiada henti (www.beritasatu.com, 7 Juni 2025).

Meski tragedi ini disaksikan oleh masyarakat dunia, mayoritas negara besar hanya memilih diam. Pemimpin-pemimpin negara Muslim pun tidak menunjukkan tindakan nyata, hanya sekadar retorika tanpa aksi. Seruan untuk mengirim bantuan atau pasukan demi membela Palestina seolah tak lagi menjadi perhatian. Padahal, rasa kemanusiaan adalah fitrah yang telah Allah tanamkan dalam diri setiap insan. Namun kenyataannya, rasa itu kini seakan mati.
Matinya empati ini mencerminkan hilangnya jati diri manusia. Sistem kapitalisme yang menuhankan materi dan memupuk superioritas serta kebencian terhadap sesama menjadi penyebab utama. Ironisnya, kekejaman terhadap sesama manusia tak lagi menggugah nurani para pemimpin negara-negara Muslim. Ide nasionalisme yang sempit justru menjadi penghalang utama untuk bersatu membela Palestina. Hingga kini, belum ada satu pun pemimpin negeri Muslim yang berani mengerahkan kekuatan militer, walaupun suara rakyat dunia telah menggema menyerukan jihad. Namun, jihad tak akan pernah terwujud tanpa adanya komando dari sebuah negara.

Lalu, bagaimana jihad demi Palestina bisa direalisasikan?

Jihad hanya akan terlaksana secara nyata jika ada negara yang memimpin dan mengaturnya melalui sistem Khilafah. Umat Islam perlu bersatu dan berjuang untuk mewujudkan sistem ini. Khilafah tak akan mungkin tegak selama umat masih memegang teguh prinsip kapitalisme dan sekularisme. Oleh karena itu, gerakan dakwah ideologis harus terus menyeru dan mengajak umat dengan konsistensi dan keyakinan yang kuat untuk menegakkan Khilafah. Langkah ini harus dimulai dengan membangun kesadaran kolektif serta menunjukkan jalan kemuliaan yang diridai Allah. Kini saatnya umat menyambut seruan dakwah ideologis ini dan bersama-sama menjemput pertolongan-Nya.

Oleh: Lia Awaliyah (Mahasiswi Majalengka)

Baca Juga

Post A Comment:

0 comments:

Back To Top