E satu.com (Cirebon) - Kota Cirebon menjadi satu-satunya kota di Pulau Jawa yang akan menjalankan program Kota Inklusif Ketahanan Iklim. Program ini merupakan proyek Climate Resilience and Inclusive Cities (CRIC) untuk wilayah kawasan Asia Pasifik yang diselenggarakan oleh Uni Eropa (UE) berkolaborasi dengan asosiasi kota dan Pemerintah Daerah se-Asia Pasifik yaitu United Cities and Local Government Asia Pacific (UCLG ASPAC).
Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP4D) Kota Cirebon, Iing
Daiman, S.Ip, M.Si .UMKM Penerima BLT Kemenkop UKM Dimulai Mei Mendatang
Untuk Kota Cirebon, kata Iing, konsentrasinya yakni
bagaimana tentang manajemen pengelolaan sampah (waste management). “Ini
sifatnya bukan fisik, tapi asistensi dan peningkatan kapasitas termasuk
pertukaran ilmu. program ini juga didampingi oleh UCLG,” jelas Iing.
Ia mengungkapkan, yang mengikuti seleksi program ini
sebenarnya bukan hanya Kota Cirebon, tetapi atas pertimbangan otoritas yang menyeleksi,
Kota Cirebon terpilih sebagai kota yang menjalani program ketahanan iklim ini.
“Cirebon sudah punya Perda pengelolaan sampah, perwal ttg kebijakan strategis
daerah penanganan sampah domestik, kita juga punya komunitas yang konsen
terhadap perubahan iklim, kita punya RW. 08 Merbabu Asih yang memiliki program
Kampung iklim (Proklim) yang sudah menerima penghargaan tingkat nasional
sebagai Proklim Lestari dari Kementerian Lingkungan Hidup,” ungkapnya.
Terkait program ini, Iing berharap, pengolahan dan
pengelolaan sampah diupayakan ditangani mulai level keluarga, seperti memilah
sampah organik dan non organik. “Disamping itu Kota Cirebon ini juga butuh
Tempat Pembuangan Sampah Spesifik (TPSS) khusus untuk sampah/limbah B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun),” kata Iing.
Ia mengajak semua pihak untuk bersama-sama menyukseskan
program CRIC ini. “Salah satunya, bagaimana kita mengelola dan mengolah sampah
dengan partisipasi dan kolaborasi masyarakat dengan pemerintah. Yuk
bareng-bareng mewujudkan Kota Cirebon menjadi kota yang bersih, dengan
mengelola dan mengolah sampah dimulai dari level rumah tangga,” ucapnya.
Sementara, salah satu anggota Kelompok Kerja (Pokja) program
CRIC sekaligus Penggerak Kampung Proklim RW.08 Merbabu Asih, Agus Supriono
mengatakan, program ini orientasinya kepada tata ruang, penataan pemukiman atau
lingkungan. “Kampung kami ini memang sudah memiliki sistem berkelanjutan sampai
hari ini, giat proklim terus berjalan dan bertambah,” ungkap Agus.
Kegiatan proklim di Merbabu Asih ini, kata Agus, dari masyarakat oleh masyarakat untuk masyarakat. “Orientasi lingkungan, bagaimana melakukan edukasi terkait perubahan iklim, betapa pentingnya mengelola lingkungan, karena kita hidup di lingkungan hidup,” Pungkas Agus.( pgh)
Post A Comment:
0 comments: