E satu.com
Moderasi beragama menjadi agenda nasional untuk seluruh wilayah. Tujuannya membangun spirit beragama yang damai dan humanis namun tetap mengedepankan spritualitas yang sejati. Caranya dengan mengadakan acara lintas agama, perkumpulan di pesantren, atau diskusi terbuka untuk kalangan intelektual. Begitulah arahan Kementerian Agama (Kemenag) RI ke salah satu wilayah di Jawa Barat, yaitu Cirebon untuk mengenalkan moderasi beragama melalui acara Festival Multikulturalisme. Acara tersebut dihadiri Staf Khusus Kemenag, Muhammad Nuruzzaman, "penguatan moderasi beragama agar menghargai budaya dan tradisi lokal. Karena salah satu cara kontra radikal sebenarnya terhadap kelompok-kelompok yang ekstrim dalam beragama,” bebernya. Hal tersebut ditanggapi langsung oleh Ketua Pelaksana Festival, Rizki Riyadu Taufiq, menerangkan bahwa event tersebut untuk merajut semangat kebersamaan, semangat keguyuban antar umat beragama. Dikarenakan yang hadir tidak hanya umat Islam, melainkan ada dari Batak, Tionghoa, Jawa, dan sebagainya. (Kemenag.go.id, 8/6/2023). ... for (page 1) 

Memang benar, keberagaman agama sudah tercipta di negeri ini. Toleransi antar umat beragama menjadi solusi demi terciptanya kerukunan antar sesama. Namun, sudah tepatkah menempatkan toleransinya? Apa hubungan moderasi beragama dengan ide multikulturalisme? Apakah akan berpengaruh pada identitas seorang muslim? Tentu akan sangat berpengaruh, sebab Islam memiliki ciri khas yang unik dalam bertoleransi, tetapi tetap menjaga kerukunan antar umat beragama. Ide Multikulturalisme Wacana multikulturalisme dalam masyarakat Indonesia sesungguhnya bukan hal yang baru, karena telah termaktub dalam butir-butir Pancasila, yaitu sarat dengan nilai-nilai pluralisme. Sayangnya, pemahaman tersebut belum tertanam baik di benak masyarakat, sehingga masih menimbulkan konflik, seperti intoleransi dan ketidakharmonisan antarsuku, agama, dan etnik. Multikulturalisme adalah istilah untuk menggambarkan pandangan dalam menghormati keragaman atau kebijakan budaya yang menekankan penerimaan keanekaragaman budaya dan etnik di tengah masyarakat. Didalamnya terkandung ide, perspektif, kebijakan, sikap, dan tindakan yang jamak mengenai etnis, budaya, dan agama. Sehingga menumbuhkan semangat kebanggaan bersama sebagai suatu bangsa yang beragam dan melestarikan pluralitas dapat diwujudkan melalui toleransi dan harmoni. ... for (page 2) 

Begitupula ketika disejajarkan dengan moderasi beragama akan semakin unik. Dalam moderasi beragama akam menekankan sikap saling menghormati dan toleransi di antara kelompok agama yang berbeda. Konsep ini mengajarkan setiap orang memiliki hak untuk memilih dan mengamalkan agamanya masing-masing, tanpa adanya tekanan atau intimidasi dari pihak lain. Selain itu, ada sembilan nilai didalamnya, yaitu adil, berimbang, menjunjung tinggi nilai luhur kemanusiaan, menjaga kemaslahatan dan ketertiban umum, menaati kesepakatan bersama dan taat konstitusi, komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan penerimaan terhadap tradisi. Jelas masyarakat akan memahami bahwa setiap agama adalah sama. Memaklumi apapun yang terjadi di tengah masyarakat, tidak diperkenankan adanya pemikiran radikal dan ekstrim, seperti ajaran Islam Kaffah, Khilafah, dan sebagainya. Dampaknya, banyak masyarakat yang takut untuk mengkaji Islam. Pikirnya, Islam adalah agama yang toleran, yang menghormati perbedaan. Apakah sudah benar toleransi tersebut? Berperanguhkah terhadap identitas muslim yang hakiki? Tentu saja. Sebab mempelajari islam kaffah sudah menjadi keharusan bagi setiap muslim. Namun, sangat disayangkan semuanya terhambat ide moderasi beragama. ... for (page 3) 

Bangga Menjadi Muslim Pengarusan ide muktikulturalisme yang merupakan bagian dari moderasi beragama sejatinya akan menghilangkan identitas muslim itu sendiri. Sebut saja, aspek toleransi yang dijunjung tinggi tidak ditempatkan sebagaimana mestinya. Umat muslim dituntut ikut acara-acara keagamaan non muslim, yang itu sebenarnya tidak diperbolehkan dalam syariat. Misal, mengikuti perayaan natal, tahun baru, dan sebagainya. Selain itu, arus moderasi beragama pun menjadikan umat muslim takut belajar islam secara kaffah (baca: sempurna). Belum lagi antar umat muslim sendiri terpecah belah, tidak ada kerukunan, padahal berakidah yang sama. Inilah yang perlu diwaspadai umat muslim, saling menuduh, saling mencurigai. Walhasil, jika dibiarkan syariat Islam akan tersudutkan. Agama seakan menjadi sumber perpecahan di tengah masyarakat. Maka, untuk menjembatani semuanya, pemerintah berupaya keras mengenalkan multikulturalisme sebagai solusinya. Umat muslim yang terus terpapar ide moderasi, lambat laun berada masuk ke dalam fase deislamisasi. Pada akhirnya,Islam dan syariatnya akan ereduksi dari kehidupan manusia. Astagfirullah. Oleh karena itu, umat Islam tidak boleh memandang remeh masalah ini, sebab Islam dan syariatnya adalah pedoman dalam menjalani kehidupan. Umat harus sadar bahwa persatuan dan kesatuan hakiki tidak akan terwujud selain bersandar pada hukum-hukum Allah semata. Tak lupa, sudah sepatutnya menjadi muslim menjadikan dirinya bangga, karena merupakan kemuliaan. Serta Islam adalah agama sempurna dan diridai Allah Swt. Dan harus selalu menguatkan identitasnya, dengan cara bersuara dan melawan ide-ide kufur yang bukan ajaran Islam. Selain itu, membina dirinya dengan pengetahuan Islam (akliah) dan pola sikap (nafsiah) agar siap terjun di tengah masyarakat. Wallahualam. ... for (page 4) Wallahualam.

Oleh : Citra Salsabila (Pegiat Literasi)
Baca Juga

Post A Comment:

0 comments:

Back To Top