E satu.com (Tangerang) -
Indonesia sejak dulu dikenal sebagai bangsa yang kaya akan kearifan lokal. Nilai-nilai seperti kebersahajaan, tolong-menolong, gotong royong, saling menghargai, dan saling menghormati telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Namun, di tengah arus deras globalisasi, kearifan lokal tersebut dinilai mulai terkikis oleh perilaku negatif seperti kesombongan, keangkuhan, ketamakan, dan keserakahan.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Forum Rakyat Anti Korupsi (Fraksi), Zulkaydi Wiranegara, SH. MH.CLA. saat bersilaturahmi sekaligus berdiskusi dengan Pendiri Forum Rakyat Anti Korupsi, Asep Wawan Wibawan, di wilayah Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang, Rabu (25/6/2025).

"Selain dikenal sebagai negara yang subur, makmur, gemah ripah loh jinawi, Indonesia juga terkenal memiliki tingkat kearifan lokal yang tinggi. Sikap gotong royong, saling menghargai, serta menjunjung tinggi tradisi dan budaya daerah sudah menjadi identitas bangsa. Namun, kini semua itu perlahan terkikis oleh pesatnya arus globalisasi," ujar Zulkaydi Wiranegara.

Zulkaydi, yang juga dikenal sebagai praktisi hukum dan advokat senior di Kota Tangerang Selatan, menilai, Indonesia saat ini justru lebih sering dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat korupsi yang tinggi. Menurutnya, maraknya perilaku koruptif ini banyak didorong oleh sikap egoisme dan kerakusan para pejabat.

"Kearifan lokal bangsa ini akan tetap terjaga jika para pejabat, pemangku kebijakan, dan otoritas di tingkat pusat maupun daerah mampu memberikan teladan yang baik. Bukan hanya pandai beretorika atau basa-basi, tapi menunjukkan sikap yang baik agar menjadi contoh terhadap masyarakat" tegasnya.

Senada dengan hal tersebut, Pendiri Forum Rakyat Anti Korupsi (Fraksi), Asep Wawan Wibawan, juga menyampaikan pandangannya. Menurutnya, terkikisnya kearifan lokal saat ini tak lepas dari minimnya keteladanan dari para pejabat negara, tokoh masyarakat, tokoh agama, hingga kalangan pendidik.

"Hilangnya kearifan lokal bisa terjadi karena para pejabat, tokoh agama, bahkan praktisi pendidikan seringkali gagal memberikan contoh yang baik. Banyak di antara mereka yang lebih mementingkan kepentingan pribadi dan keluarganya, daripada kepentingan masyarakat luas," ungkap Asep.

Asep juga menambahkan, sikap seperti itu berpotensi menimbulkan kecemburuan sosial dan memperlebar kesenjangan sosial di tengah masyarakat. Jika dibiarkan, kondisi ini dikhawatirkan akan semakin mempercepat pudarnya nilai-nilai luhur kearifan lokal yang selama ini menjadi kekuatan bangsa.

(AWW)
Baca Juga

Post A Comment:

0 comments:

Back To Top