Bonnie


E satu.com -  Entah mau dibawa kemana bangsa ini. Hampir tiap hari disuguhi berita dan opini masif tentang moderasi beragama. Bahkan secara resmi, moderasi beragama telah ditetapkan sebagai faktor penunjang Pembangunan Nasional dalam Perpres No. 18 tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024, sehingga harus diimplementasikan oleh seluruh masyarakat.

Baru-baru ini ada program 1000 Kampung Moderasi, yang telah dilaunching oleh Kemenag RI. Dinarasikan bahwa peluncuran program kampung moderasi ini adalah untuk membangun perdamaian, memperkuat kerukunan, kehidupan harmonis dan toleran di tengah kemajemukan masyarakat. Selain di Bali dan Majalengka, kota Cirebon dijadikan _pilot projec_ kampung moderasi tersebut.

Dan telah ditegaskan pula bahwa program kampung moderasi ini adalah implementasi lanjutan dari penetapan kota Cirebon sebagai kota multikuktural.

Terkait program kampung moderasi ini, penting bagi kita untuk mengkritisinya, antara lain:
1. Secara filosofis , sesungguhnya ide moderasi beragama bukan dari Islam, tapi lahir dari paradigma sekuler kapitalistik yang memang tidak _kompatibel_ dengan kultur Islam yang telah mengakar pada bangsa ini.

2. Secara ideologis, moderasi beragama adalah bagian dari alat penjajah kapitalisme global untuk menjauhkan bangsa ini dari karakteristiknya yang bercorak Islam. Artinya, moderasi beragama adalah proyek sekulerisasi dalam wajah lain yang tengah diaruskan kepada bangsa ini.
Setelah gagal dengan proyek _War On Terrorism_ , penjajah beralih pada _War On Radicalism_, dan moderasi beragama adalah bentuk implementasinya.
Hal ini dapat terbaca jelas pada rekomendasi resmi yang dikeluarkan oleh RAND Corp. tentang pentingnya membangun jaringan Islam moderat demi mencegah kebangkitan Islam kaffah.

3. Secara empiris, masyarakat Islam selalu mampu hidup rukun, damai dan harmonis berdampingan dengan penganut agama lainnya.

Hal itu telah terbukti dan tercatat rapi dengan tinta emas sejarah peradaban Islam, yang selama belasan abad memimpin, sekaligus menaungi, mengayomi dan melindungi warga negaranya yang majemuk, bahkan memenuhi seluruh kebutuhan hidup mereka secara adil.

Jadi, jauh sebelum penjajah menjajakan konsep moderasi beragamanya yang absurd, peradaban Islam justru telah membuktikan keunggulan dan kemampuannya dalam merawat dan melindungi keberagaman masyarakat yang majemuk dalam catatan sejarah, yang tak terbantahkan bagi orang-orang yang mau jujur dan obyektif.

Maka sejatinya, untuk menguatkan kehidupan rukun, damai dan harmonisasi antar warga yang majemuk, bangsa ini butuh Islam kaffah, bukan proyek kampung moderasi yang sekuleristik.



4. Secara politis, program kampung moderasi ini bisa dimaknai sebagai upaya menghilangkan identitas Islam kaffah yang telah mengakar pada bangsa ini. Terutama masyarakat wilayah ciayumajakuning yang dalam sejarah tercatat sebagai wilayah eksisnya berbagai pesantren, dan eksisnya corak kehidupan keraton yang terkait erat dengan institusi peradaban Islam Kaffah di masa lalu.

Maka membiarkan terus berlangsungnya proses sekulerisasi dengan wajah moderasi beragama, sama artinya kita membiarkan pelemahan karakter asli masyarakat yang berakar pada Islam kaffah.

Oleh : Bunda Nurul Husna (Aktivis Muslimah Jawa Barat)

Wallahu a'lam bishshawab.
Baca Juga

Post A Comment:

0 comments:

Back To Top