Bonnie


E satu.com (Bandung) - Prospek ekonomi global masih dibayangi tensi geopolitik. Pertumbuhan ekonomi cenderung lemah dan divergen, dengan tensi geopolitik yang meningkatkan kerentanan rantai pasok, utamanya konflik di Timur Tengah dan perang di Ukraina. Sektor riil di Jawa Barat terkendali yang ditunjukan dengan Perekonomian Jawa Barat TW I-2024 tumbuh 4,93 persen (yoy) PDRB ADHB Rp683,50 triliun didukung kinerja dari sisi produksi, Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 17,49 persen. Bandung, 28 Mei 2024

Dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 32,85 persen. Tingkat inflasi yoy di bawah 5 persen, yaitu sebesar 3,07 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,94. Neraca perdagangan luar negeri regional Jawa Barat bulan Maret 2024 masih melanjutkan surplus sebesar USD 2,15 miliar.

Tercatat di BPS Jabar nilai ekspor Maret 2024 mencapai USD 3,20 miliar atau meningkat 0,03 persen dibanding Februari 2024. Sementara nilai impor Maret 2024 mencapai USD 1,05 miliar atau turun 10,87 persen dibanding Februari 2024.
Kondisi fiskal di Jawa Barat menunjukan adanya akselerasi Belanja Pemerintah Pusat dan Transfer ke Daerah dengan mengoptimalkan kinerja Pendapatan Negara yang menjadi stimulus terjaganya ekonomi daerah dari dampak ketidakpastian ekonomi global. Realisasi APBN Regional Jawa Barat hingga akhir April 2024 menghasilkan surplus sebesar Rp11,93 triliun.

Total pendapatan Rp51,16 triliun (31,27 persen) Total belanja Rp39,24 triliun (32,04 persen). Kenaikan terbesar dari sisi Pendapatan Negara terjadi pada Pajak Bumi dan Bangunan yang tumbuh 179,37 persen atau senilai Rp28,83 miliar dan PPh Non MIgas yang tumbuh sebesar 13,88 persen atau senilai Rp2,78 triliun.

Terdapat juga kenaikan BeaMasuk sebesar 55,39 persen, didorong oleh importasi Bulog dan realisasi pelunasan dari hasil audit pada bulan April yang cukup signifikan.

Penerimaan pajak s.d. 30 April 2024 mencapai Rp 39,34 triliun. Penerimaan pajak tahun 2024 tumbuh sebesar 2,67 persen (Rp1,02 triliun), dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Kenaikan terbesar terjadi pada Pajak Bumi dan Bangunan yang tumbuh 179,37 persen atau senilai Rp28,83 miliar dan PPh Non MIgas yang tumbuh sebesar 13,88 persen atau senilai Rp2,78 triliun.

Capaian penerimaan neto Bea Cukai Jawa Barat sebesar Rp9,55 triliun atau 26,46 persen dari target tahunan. Bea Masuk tumbuh didorong importasi Bulog dan realisasi pelunasan dari hasil audit.

Penerimaan Cukai EA tumbuh dengan peningkatan penjualan Cukai EA non fasilitas pembebasan. Penerimaan Cukai MMEA kembali tumbuh setelah bulan sebelumnya terkontraksi karena realisasi pita cukai bulan Januari terlambat dan belum optimal akibat perubahan tarif Cukai MMEA pada akhir Desember 2023.

Langkah optimalisasi penerimaan dilakukan dengan melakukan monitoring dan evaluasi serta pengamanan penerimaan negara melalui Tim Optimalisasi Penerimaan Negara (TOPN) TA 2024, optimalisasi ekstra effort penerimaan melalui audit, penelitian ulang, monitoring umum dan khusus, penagihan aktif dan join collection serta implementasi Ultimum Remedium Cukai, dan kegiatan lainnya.

Total realisasi PNBP mengalami pertumbuhan sebesar 15,35 persen (yoy) dengan capaian 46 persen dari target Rp4,93 triliun yang dikontribusi oleh PNBP Lainnya dan Pendapatan Badan Layanan Umum.

Realisasi Belanja Pemerintah Pusat s.d. 30 April 2024 mencapai Rp 15,76 triliun tumbuh 39,56% dari tahun sebelumnya yang didorong oleh peningkatan siginifikan realisasi pada seluruh jenis belanja. Diarahkan semakin berkualitas (spending better) melalui belanja yang semakin efektif, efisien, transparan, fokus mendukung prioritas Pembangunan, dan akuntabel.

Realisasi belanja pegawai s.d. 30 April 2024 terutama dikontribusi oleh pembayaran terbesar Belanja Gaji dan Tunjangan TNI/Polri, Tunjangan Khusus dan Belanja Pegawai Transito, Belanja Gaji dan Tunjangan Pegawai (herwin)
Baca Juga

Post A Comment:

0 comments:

Back To Top