E satu.com 
(Cirebon) - Perusahaan batik ternama asal Cirebon, BT Batik Trusmi, menyatakan kekecewaannya setelah kerja sama naming rights Stasiun Cirebon dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) dibatalkan secara mendadak, hanya dua hari sebelum peluncuran resmi.

Pemilik BT Batik Trusmi, Sally Geovanny, mengungkapkan bahwa pembatalan sepihak tersebut menyebabkan kerugian besar baik secara materiil maupun non-materiil, dengan total mencapai hampir Rp1 miliar.

Menurut Sally, inisiatif kerja sama justru datang dari pihak KAI pada Mei 2024, dengan penawaran kontrak tiga tahun bernilai miliaran rupiah untuk menambahkan nama stasiun menjadi “Stasiun Cirebon BT Batik Trusmi”, tanpa mengubah nama resmi yang sudah ada.

“Semua sudah siap. Peluncuran dijadwalkan 1 Oktober 2024 bertepatan dengan Hari Batik Nasional. Tapi dua hari sebelumnya, 29 September, kami diberitahu kerja sama dibatalkan sepihak oleh direksi PT KAI,” ujar Sally, Rabu (29/10/2025).

Sally menjelaskan, alasan resmi pembatalan disebut karena adanya peninjauan ulang. Namun, ia menduga ada intervensi dari sejumlah LSM dan ormas yang menolak kerja sama tersebut dan bahkan mengancam akan menggelar aksi demonstrasi jika program tetap dilanjutkan.

“Mereka menyebarkan tuduhan tidak masuk akal, seperti kami mengambil alih saham PT KAI. Padahal, naming rights itu hal yang lumrah di dunia bisnis,” tegasnya.

Akibat pembatalan mendadak, pihak BT Batik Trusmi harus menanggung kerugian besar.

“Vendor sudah dibayar, panggung sudah berdiri, bahkan undangan untuk kementerian dan tamu luar kota sudah disebar. Semua biaya itu akhirnya hangus,” keluh Sally.


Ia menambahkan, dampak reputasi menjadi pukulan paling berat.


“Yang paling menyedihkan adalah sikap tidak profesional. Kami ingin membangun Cirebon, bukan mencari keuntungan pribadi,” ungkapnya.

Didirikan pada 2006, BT Batik Trusmi kini menjadi salah satu sentra batik terbesar di Indonesia. Perusahaan ini memegang rekor MURI sebagai toko batik terluas, mempekerjakan lebih dari 1.300 karyawan, dan menggandeng sekitar 600 pengrajin rumahan.


Sally menegaskan bahwa partisipasi dalam program naming rights merupakan bagian dari misi besar untuk membangkitkan ekonomi kreatif dan pariwisata Cirebon.


“Kalau stasiun punya nama Batik Trusmi, dampaknya luar biasa untuk kota ini — dari pengrajin, hotel, sampai UMKM kuliner,” jelasnya.

Ia berharap ke depan kerja sama antara sektor swasta dan BUMN tidak lagi terganjal oleh tekanan eksternal.

“Cirebon punya potensi besar. Kami ingin tetap berkontribusi untuk mengharumkan nama daerah,” tutup Sally. (wandi)
Baca Juga

Post A Comment:

0 comments:

Back To Top