E satu.com (Cirebon) - Ratusan warga Desa Wanasaba Kidul, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, menggelar aksi Demo di depan Kantor Balai Desa, Sabtu (1/2/2025).

Mereka menuntut transparansi dalam pengelolaan anggaran desa dan menuding Kuwu Umaya telah melakukan penyalahgunaan wewenang.

Dalam aksi tersebut, warga membawa berbagai spanduk bernada protes, di antaranya bertuliskan “Pecat Kuwu Umaya!”, “Koruptor itu di Penjara, Bukan di Desa!”, serta “BPD Titel Tinggi, Nggak Punya Nyali, Turunkan Umaya!”. Sambil berorasi, mereka menyampaikan sejumlah tuntutan yang kemudian dibahas dalam audiensi antara perwakilan warga dan pihak pemerintah desa.

Audiensi berlangsung hampir satu jam, namun hasilnya dinilai tidak memuaskan.

“Kami sudah menyampaikan tuntutan kami, tapi kepala desa tidak bisa menjawab tuduhan-tuduhan yang ada. Kalau tidak mundur, kami akan gelar demo yang lebih besar lagi dalam waktu satu minggu ke depan,” ujar Endi, salah satu perwakilan warga.

Warga menyoroti dugaan pelanggaran, seperti penjualan kendaraan dinas desa tanpa musyawarah, penyewaan lahan pertanian tanpa dasar hukum, serta tidak tersalurkannya anggaran untuk Karang Taruna. Mereka juga mengkritik pembangunan kandang sapi yang baru dilaksanakan tahun 2025 meski sudah dianggarkan sejak 2024.

Selain itu, warga menduga adanya penyalahgunaan dana desa untuk kepentingan pribadi, termasuk penjualan rumah pribadi kepala desa yang diklaim digunakan untuk membayar bantuan langsung tunai (BLT) dan tunjangan RT.

Tidak hanya terkait anggaran, warga juga mengungkit insiden kecelakaan lalu lintas yang diduga melibatkan kepala desa. “Dulu pernah nubruk tiga mobil di Kalitanjung, itu hadiah buat masyarakat,” sindir seorang warga.


Namun, audiensi yang digelar tidak memberikan jawaban yang memuaskan. “Yang menjawab bukan kepala desa langsung, jadi percuma saja kita berdebat,” ujar seorang warga dengan nada kecewa.


Usai audiensi, warga meminta Kuwu Umaya untuk menemui mereka langsung. Namun, aparat kepolisian yang berjaga mengimbau agar massa membubarkan diri. Setelah negosiasi, warga akhirnya perlahan meninggalkan halaman kantor balai desa.

Aksi ini menunjukkan ketidakpuasan warga terhadap kepemimpinan desa dan menandakan kemungkinan adanya gelombang protes yang lebih besar jika tuntutan mereka tidak dipenuhi. (Yog)
Baca Juga

Post A Comment:

0 comments:

Back To Top