E satu.com  (Tangerang) -
Memasuki kuartal kedua tahun 2025, perekonomian Indonesia menghadapi tantangan signifikan akibat dinamika global dan tekanan domestik. Perlambatan pertumbuhan ekonomi global, fluktuasi nilai tukar rupiah, hingga ketidakpastian geopolitik menjadi faktor eksternal yang turut memengaruhi stabilitas ekonomi nasional. Proyeksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun ini berada di kisaran 5,0% hingga 5,1%, angka yang lebih rendah dibanding tahun sebelumnya.

Anggota DPRD Kota Tangerang dari Fraksi PKB Tasril Jamal mengatakan, dampak dari kondisi ini turut dirasakan hingga ke level daerah, termasuk di Kota Tangerang dan Kabupaten yang selama ini dikenal sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten. Sektor industri, perdagangan, hingga jasa mulai mengalami tekanan, terutama akibat menurunnya daya beli masyarakat dan naiknya biaya produksi yang dipicu oleh pelemahan rupiah.

“Daya beli menurun, harga-harga bahan baku naik, dan ini berdampak langsung ke pelaku usaha kecil di daerah. UMKM adalah sektor yang paling cepat merespons gejolak ekonomi seperti ini, karena mereka bergerak dalam skala yang sangat sensitif terhadap perubahan harga,” ujar pria yang akrab disapa Dewan TJ ini.

Tasril menegaskan bahwa sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) harus menjadi perhatian utama pemerintah di tengah situasi ekonomi saat ini. Namun ia juga menyoroti masih banyaknya masalah struktural yang dihadapi pelaku UMKM, mulai dari keterbatasan akses modal, kurangnya literasi digital, hingga minimnya dukungan dalam hal packaging, branding, dan distribusi produk.

“Harus ada pendekatan yang lebih konkret. Misalnya untuk masalah packaging dan printing produk UMKM, ini bisa dikoordinasikan melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Indagkop UKM),” tambahnya.

Lebih lanjut, Ketua IKM Kota Tangerang ini menghimbau agar Pemerintah dapat lebih aktif dalam menciptakan ekosistem usaha yang berpihak kepada pelaku UMKM. Salah satunya dengan membangun sentra UMKM terpadu yang tak hanya menyediakan ruang produksi, tetapi juga akses ke pembinaan, pemasaran digital, hingga jaringan distribusi.

“Yang kita butuhkan bukan hanya kebijakan di atas kertas, tapi eksekusi nyata di lapangan. Pemerintah harus hadir, dari hulu sampai hilir, mendampingi pelaku UMKM agar mereka bisa naik kelas dan bertahan di tengah tekanan ekonomi,” kata Tasril.

Menurut Tasril, meski tantangan ekonomi tahun ini cukup berat, momentum ini bisa dimanfaatkan oleh pemerintah daerah untuk memperkuat sektor ekonomi kerakyatan. UMKM di Kota Tangerang dan Kabupaten telah terbukti menjadi penyelamat ekonomi selama pandemi, dan kini kembali diandalkan dalam fase pemulihan.

“Dengan sinergi yang kuat antara legislatif, eksekutif, BUMD, dan pelaku usaha, Tangerang berpeluang menjadi model pemulihan ekonomi berbasis UMKM yang inklusif dan berkelanjutan,” pungkasnya.

( AWW )
Baca Juga

Post A Comment:

0 comments:

Back To Top